Bismillahirrohmaanirrokhiim...
Assalaamu'alaikum wr.wb
Pembaca yang budiman,
pertanyaan berikut ini hendaknya perlu kita tinjau dan kita perbaiki jawabannya..
"Mana yang lebih kita suka? Buku atau televisi?"
"Mana yang lebih membuat kita betah berlama-lama? Membaca
buku atau menonton televisi?"
Kebanyakan diantara kita rasanya
lebih memilih televisi daripada buku. Ya, televisi. Benda kotak ini hampir pasti
ada di setiap rumah. Masyarakat kita menjadikan televisi sebagai sumber
informasi dan hiburan untuk mengisi waktu di rumah, sambil bercengkerama dengan
keluarga. Menonton televisi memang menyenangkan. Ada banyak tayangan di tv,
mulai dari berita, sinetron, acara musik, kuis, olahraga, talkshow, reality show,
komedi, film, sampai demo masak ada di sana. Hal yang lumrah kita menjadikan tv
layaknya kebutuhan pokok di rumah. Namun, tahukan kalian bahwa dibalik
banyaknya kesenangan yang kita dapat ternyata televisi memberikan dampak yang
buruk? Mari kita simak ulasan berikut ini.
Berdasarkan
catatan Jane M Healy, Ph.D sebagaimana dilansir dalam APP News, majalah resmi
Academy of Pediatrics, disebutkan bahwa tingginya intensitas menonton televisi
berhubungan erat dengan rendahnya prestasi akademik, khususnya nilai membaca.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa anak yang sedang menonton tv, otaknya cenderung
“banyak istirahat”. Tidak perlu usaha sungguh-sungguh untuk bisa menikmati
tayangan tv sehingga otak cenderung malas karena terbiasa menangkap saja.
Gambar yang setiap detik berganti dengan gambar lain menjadikan otak akan
dengan mudah menjadi tidak sabar ketika dihadapkan pada berbagai materi/ pelajaran
yang membutuhkan konsentrasi mendalam di otak. Selain itu, banyak menonton tv
berpengaruh pada sistem kontrol di otak sehingga sulit mengendalikan diri yang
berakibat pada perilaku yang kurang terpuji. Pesan yang sangat jelas dari tv
yaitu otak menjadi tidak terbiasa berpikir dan kelebihan beban yang tidak
seharusnya. Ini menyebabkan otak mengalami kelelahan sehingga tidak siap untuk
belajar. Dampak lain yang cukup nyata menonton tv menumbuhkan kebiasaan pasif
sehingga menggeser kebiasaan positif lain seperti membaca/belajar. Jika anak
kesulitan memusatkan perhatian pada buku dan pelajaran, ini merupakan sinyal
bahwa tayangan tv sudah mengganggu kinerja otak dalam belajar.
Apakah sebegitu buruknya dampak
menonton tv? Pasti ada manfaat positif dari televisi. Banyak informasi yang
kita butuhkan ada di tv mulai dari berita politik, kesehatan, olahraga,
kuliner, wisata, tv juga dapat memberikan hiburan ketika telah jenuh belajar.
Pertanyaan dan pernyataan ini tentu terlintas dalam pikiran kita. Ya benar,
televisi memberikan informasi yang sangat banyak, namun karena kecenderungan
kita pada tv, kita lupa bahwa tidak hanya televisi yang memberikan banyak
informasi, koran-buku-majalah-tabloid dan banyak media cetak lainnya juga memberikan
informasi yang kita butuhkan yang tak kalah lengkap, dan tentu saja dengan efek
yang ditimbulkan tidak segawat televisi. Mengapa gawat? Mari kita lihat
seberapa banyak tontonan di tv yang benar-benar informatif dan mendidik? Berita
di tv banyak diwarnai berita politik yang carut marut, kriminal-kejahatan yang
sangat beragam, korupsi yang silih berganti tak kunjung habis. Hiburan di tv
banyak mempertontonkan acara hura-hura, joget-joget tak jelas yang rata-rata
artisnya menampakkan kemolekan tubuh dengan pakaian yang terbuka. Bagaimana
dengan sinetron? Sinetron pun banyak yang tidak mendidik, mempertontonkan
kekerasan, permusuhan, dendam. Selama ini dunia pertelevisian kita belum cukup
memenuhi kebutuhan informasi yang mendidik, memotivasi, dan menginspirasi kita
untuk bergerak membuat perubahan. Tayangan yang benar-benar bagus sangatlah
sedikit. Televisi lebih mengutamakan tingginya rating daripada kualitas/bobot
tayangan. Sering menonton tv tidak menjamin kita menjadi lebih cerdas, tapi
sering membaca buku membuat semakin cerdas itu pasti.
Lalu apa
yang dapat kita lakukan bila sudah terlanjur “kecanduan” tv? Sebenarnya tidak
sulit untuk menghindari tv, perlahan kita bisa meninggalkan kebiasaan menonton
tv. Langkah awal dan yang paling utama adalah diperlukan komitmen tegas untuk
meninggalkannya, atau minimal membatasi jam menonton tv, juga memilah tayangan
apa yang perlu kita tonton, yang benar-benar bagus. Batas waktu maksimum bagi
kita menonton tv adalah 1-2 jam per hari dan maksimum 1 jam (ini pun sudah
belebihan) untuk anak-anak usia prasekolah. Sebagai gantinya, kita bisa
mengalihkan nonton tv dengan kegiatan aktif seperti membaca buku, mengaji,
belajar, berolahraga atau aktivitas fisik lainnya. Dan diantara berbagai
aktivitas alternatif tersebut, membaca adalah yang terbaik. Mengapa? Mari kita
simak penjelasan berikut.
Sebagai seorang muslim, kita tentu
tahu bahwa wahyu pertama yang diturunkan Alloh SWT kepada Rasulullah SAW adalah
perintah untuk membaca: Bacalah dengan
(menyebut) nama TuhanMu Yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan TuhanMu lah Yang Maha Mulia. Yang mengajarkan
(manusia) dengan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya (QS Al’Alaq 1-5).
Perintah membaca ini diturunkan pertama kali sebelum perintah wajib yang lima.
Marilah kita ambil hikmah bahwa perintah ini begitu penting untuk kita
laksanakan sebagai seorang muslim yang mengimani kitab Al Quran.
Namun pada kenyataannya Indonesia
yang merupakan negara dengan mayoritas muslim belum menjadikan membaca sebagai
budaya. Sebagai informasi, indeks membaca (reading
index) kita berada pada tingkat yang sangat mengenaskan dan mengerikan.
Hanya 0,009. Jauh sekali di bawah Jepang yang indeks membacanya mencapai 17
koma sekian. Apalagi jika melihat skor membaca kita secara nasional, terendah
se-Asia Tenggara, jauh di bawah vietnam, apalagi dibandingkan dengan
negara-negara maju Singapura, Hong Kong, dan Jepang. (Adhim, 2010: 242). Di
negara-negara maju seperti Jepang misalnya, rata-rata setiap orang membaca
10-20 buku per tahun. UNESCO pada tahun
2012 juga mencatat bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001. Artinya,
hanya 1 dari 1000 orang yang punya minat baca serius. Astaghfirullohaladziim.. Semoga
Alloh SWT memberikan ampunan dan hidayah kepada kita.
Mengapa
perintah membaca begitu pentingnya bagi seorang muslim? Marilah kita tilik
bahwa ada banyak manfaat (dan hampir tidak ada mudharatnya) yang dapat kita
peroleh dengan membaca. Membaca merupakan rangsangan paling kompleks bagi otak.
Ada delapan aspek yang bekerja secara bersamaan ketika kita membaca yaitu
sensori (sensor-indra), persepsi (sudut pandang), sekuensial (tata urutan
kerja), pengalaman, berpikir, belajar, asosiasi (kemampuan menghubungkan) dan
afeksi (sikap). Ketika membaca, seluruh aspek tersebut bekerja secara aktif
ketajaman pikiran akan terasah serta emosi akan terlibat secara positif
sehingga secara keseluruhan dapat mengembangkan kemampuan intelektual sekaligus
kecerdasan mental.
Berikut ini manfaat-manfaat yang dapat kita peroleh dari
membaca antara lain:
1.
Menambah pengetahuan dan wawasan
2.
Menambah kosakata, meningkatkan kecerdasan
linguistik (bahasa)
3.
Mengembangkan kemampuan verbal dan komunikasi (lisan
dan tulisan)
4.
Meningkatkan daya imajinasi
5.
Menajamkan daya pikir, kecerdasan dan daya ingat
6.
Menumbuhkan sikap positif, menghargai pendapat
dan karya orang lain
7.
Membuat kita memiliki pemikiran yang terbuka,
open minded
8.
Memupuk kecintaan terhadap ilmu
9.
Mematangkan emosi dan kepribadian
dan masih banyak lagi
Penting untuk kita ketahui,
membaca ternyata sangat baik bagi perkembangan otak. Anak yang terbiasa membaca
akan memiliki struktur otak (jaringan syaraf) yang padat dan rapat, sehingga
perkembangan otaknya maksimal. Jaringan syaraf yang padat dan rapat ini akan
memudahkan dalam belajar. Informasi yang diperoleh dari membaca akan tersimpan di
otak, jika kita mendapatkan informasi baru, yang cocok dengan informasi yang
sudah ada di otak, kita akan memahami informasi baru itu dengan lebih cepat dan
lebih mudah. Jadi, banyak membaca akan mempermudah kita belajar, memahami
informasi baru, nyambung jika diajak mengobrol. Hal ini bisa kita terapkan
dalam aktivitas belajar kita. Contoh sederhana, pada malam hari hendaknya kita
membaca terlebih dahulu materi-materi yang akan diajarkan bapak/ibu guru esok
paginya sebagai bekal informasi awal di otak, sehingga ketika guru menjelaskan
di kelas, kita akan lebih mudah dan
lebih cepat memahami, serta lebih ingat materi pelajaran.
Tahukah kalian, orang-orang
besar, sukses, para penemu, tokoh yang membawa perubahan besar pada negaranya,
yang mengubah dunia, hampir dapat dipastikan meraka adalah orang yang gila
membaca. Imam Syafi’i, Imam Bukhari, Ibnu Khaldun, Ibnu Sina, Thomas Alva
Edison, Albert Einstein, Soekarno, Hatta, BJ Habibi, dan masih banyak lagi
tokoh besar. Percaya atau tidak, mereka semua besar melalui buku-buku dan
kitab-kitab yang mereka baca, dan tentu saja karya-karya yang mereka ukir.
Seorang pembaca akan menjadi aktivis, dan
seorang penonton akan menjadi pasifis. Today
a reader, tomorrow a leader. Adakah kalian mengenal seorang tokoh besar
yang masa lalunya dihabiskan untuk menonton televisi?? Tidak ada bukan?!
Marilah kita pahami bersama
bahwa kebesaran suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya.
Bangsa yang besar, negara yang maju dapat dilihat dari budaya membacanya.
Semakin tinggi budaya membacanya, semakin maju bangsanya! Mari kita ganti/
kurangi kebiasaan menonton tv dengan membaca buku, karena buku adalah jendela
dunia, dan membaca adalah kuncinya. Dengan membaca, kau akan mengenal dunia. Agaknya
kalimat berikut perlu kita renungkan bersama:
Ada pintu-pintu ilmu
yang kadang kita lupa, pada baris-baris yang terserak di berbagai buku, pada
cerita yang tercecer dalam berbagai tulisan, serta kabar-kabar yang benar dalam
berbagai kitab rujukan. Kita lupa karena sedari awal memang tidak dibiasakan
membaca. Sesudah itu kita asyik dengan kebiasaan kita dan tidak mencoba
membiasakan diri bergelut dengan dunia kata. Padahal, pada kata yang tersusun
rapi, ada ilmu yang bergizi. (Adhim, 2010: 61)
Bacalah, dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan.
Demikian semoga bermanfaat,
Selamat membaca, selamat membacakan buku untuk ananda tercinta
Wassalaamu'alaikum wr.wb
Komentar
Posting Komentar